Blog

The Magnificent Seven dan Hadirnya Era Freelancer

AC Mahendra K Datu

 

(Kompas.com – 23 Des 2018)

 

Saat mengetahui bahwa salah satu outsource company terbesar di dunia akan mem-PHK seratus ribuan pekerjanya, saya hampir putus asa. Perusahaan-perusahaan semacam itu kan sangat dibutuhkan dalam ekonomi global dengan bisnis-bisnis yang terdisrupsi seperti rentetan jatuhnya domino. Perusahaan-perusahaan seperti itu adalah salah satu pelengkap fungsi sub-spesialisasi saat merekrut ‘karyawan tetap’ tak lagi menjadi pilihan utama sebagian besar industri yang berbasis teknologi. Kisah perlawanan Sam Chisolm melawan gerombolan Bart Bogue do Rose Creek memvisualkan betapa evolusi pekerjaan dan keahlian mengubah semua hal di bisnis dan industry.

Temukan Waldo! Saat Mesin AI Merekomendasikan Masa Depan

 

(Kompas.com – 29 Des 2018)

 

 

Teknologi artificial intelligence ( AI) untuk mengenali ciri visual dan audio sudah sedemikian canggih. Beberapa perkantoran di Silicon Valley sudah menerapkan pengenalan kontur wajah melalui CCTV untuk membedakan mana pegawai mana pengunjung. Protokol keamanan di berbagai instansi kepolisian dunia pun sudah menerapkannya untuk mencari orang-orang yang masuk DPO (Daftar Pencarian Orang) dari berbagai kerumunan di tempat-tempat umum seperti bandara, stasiun kereta, pelabuhan, pusat perbelanjaan, pasar, dan tempat-tempat publik lainnya.

Berakhirnya Era “Unbankable Society”

 

(Kompas.com 27 Feb 2019)

 

Ada sebagian besar dari masyarakat yang tidak serta merta mendapatkan akses ke transaksi keuangan, khususnya pendanaan, dari industri perbankan karena mereka tidak bankable – setidaknya begitu menurut standard yang dipakai oleh perbankan. Soal bankable ini pun definisinya lemah, karena bukannya mereka tidak memenuhi semua syarat untuk mengajukan modal, tapi terkadang hanya satu dua hal trivial saja yang menjadikan mereka unbankable, misal karena tidak ada penghasilan tetap, atau tidak memiliki alamat kantor (yang memberikan penghasilan tetap) yang lebih pasti. FinTech menjawab masalah itu. Konsepnya: optimalkan ekosistem, bukan resources-nya.

Lifestyle – Karena Tak Ada Yang Ingin Disalahpahami.

 

(Kompas.com 11 Maret 2019)

SEORANG pria tua yang tampil modis dengan kacamata hitam khasnya mengatakan hal ini dengan penuh semangat saat ia diwawancarai, “My job is not to do what she did, but what she would have done.” “She” yang dia maksud adalah Gabrielle “Coco” Chanel, pendiri rumah mode CHANEL. Pria tua ini lanjut bicara, “…the good thing about Chanel is, it is an idea you can adapt to many things.” Pria ini baru saja berangkat menuju nirwana. Dialah Karl Lagerfeld, Creative Director di rumah mode itu untuk waktu yang sangat lama. Lagerfeld dan Chanel seperti dwi-tunggal yang memastikan karya seni ada pada tahtanya yang tinggi.

E-Sport, Brain Game dan Samudera Peluang

 

 

(Kompas.com 6 Mei 2019)

“LIFE is a difficult game. You can win it only by retaining your birthright to be a person.” (A. P. J. Abdul Kalam) Di basement rumahnya – yang juga jadi kamar tidur sekaligus ‘ruang kerjanya’, pemuda 31 tahun itu berbagi prinsip hidupnya. “Begitu bangun, aku nyalakan komputerku dan langsung streaming, tanpa memberi tanda, tak ada webcam, tak ada apapun. Aku duduk dan mulai memainkan game Fortnite, lalu aku mulai berbicara sedikit. Itu satu-satunya cara yang kutahu untuk bisa kabur dari lubang hitam mentalku…” Pemuda itu, Benjamin Lupo, seorang gamer profesional yang dikenal sebagai Dr. Lupo. Lupo mengisahkan bagaimana profesi sebagai gamer telah mengubah banyak hal dalam hidupnya. Dengan penghasilannya sejuta dolar dalam setahun, apa sebenarnya yang ada di benak dia dan orang-orang yang mendedikasikan hidupnya pada game?

Jangan Suruh Mereka Pulang dari Silicon Valley

 

(Kompas.com – 13 Sep 2019)

PICHAI Sundaradjan hanyalah anak kemarin sore di Madurai, Tamil Nadu, India. Setelah lulus dari Indian Institute of Technology di Kharagpur, ia mengadu nasib ke Amerika dan bekerja di Applied Materials, lalu lanjut sebagai konsultan di McKinsey & Co. Tanggal 10 Agustus 2015 dia diangkat menjadi CEO Google LLC oleh duo pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin. Hari ini, Sundar Pichai – dengan nama itu ia dikenal luas – menjadi salah satu orang yang paling berpengaruh tak hanya di Silicon Valley, tetapi juga di planet Bumi. Haruskah Pichai kembali ke Tamil Nadu dan membangun ‘google’ versi India di kampun halamannya?